Risa Santoso,B.A.,M.Ed Rektor Termuda Indonesia

Jakarta, AYI (10/2/2022)  – Seorang anak muda berusia 27 tahun terpilih menjadi rektor di sebuah perguruan tinggi di Malang, Jawa Timur. Usianya yang masih sangat muda sempat membuat banyak kalangan meragukan kemampuannya memimpin sebuah perguruan tinggi. Namun rektor muda ini siap menjawab keraguan banyak pihak dengan prestasi dan perubahan yang lebih baik bagi perguruan tinggi yang dipimpinnya.

Risa Santoso menjadi rektor baru Institut Teknologi dan Bisnis ASIA, Malang, sejak dilantik pada 2 November 2019. Perempuan berusia 27 tahun ini menjadi terkenal karena merupakan pemimpin perguruan tinggi termuda yang pernah ada di Indonesia.

Menjadi rektor dalam usia terbilang muda menjadi tantangan tersendiri bagi Risa Santoso, terlebih harus memimpin para akademisi dan praktisi dunia pendidikan yang lebih senior atau yang usianya jauh lebih tua dari dirinya. Namun Risa percaya bahwa dunia pendidikan saat ini membutuhkan inovasi dan program-program baru, supaya dapat bersaing dengan ribuan lembaga pendidikan tinggi lain, di dalam dan luar negeri.

Berikut beberapa fakta tentang Risa Santoso, rektor termuda di Indonesia.

1. Pendidikan
Di usia mudanya, Risa Santoso yang lahir di Surabaya pada 27 Oktober 1992 ini pernah menjadi mahasiswa dari universitas bergengsi di luar negeri. Risa sendiri kuliah S1-nya di University of California, Berkeley di bidang Ekonomi dari tahun 2012-2014.

Setelahnya dia kuliah S2 di Harvard University Graduate School of Education pada 2014-2015.

2. Pengalaman Organisasi
Perempuan berusia 27 tahun ini juga memiliki banyak pengalaman di bidang pekerjaan. Dia pun tercatat pernah mengikuti beragam pelatihan kerja dan semasa di kuliah.

Risa Santoso pernah menjadi anak magang di Perguruan Tinggi Asia, Malang selama tiga bulan.

Selain itu dia juga pernah mengikuti program menjadi tutor ekonomi, matematika dan statistik di Diablo Valley College.

3. Tenaga Ahli Muda di Kantor Staf Presiden
Selulusnya dari kuliah, Risa Santoso juga pernah bekerja sebagai tenaga ahli muda di Kantor Staf Presiden. Dia menjadi tenaga ahli muda selama 1 tahun 7 bulan dari Agustus 2015 sampai Februari 2017.

Setelahnya dia juga bekerja sebagai direktur pengembangan bisnis di Business Wisdom Institute selama 2 tahun 9 bulan.

4. Direktur pengembangan
Sebelum terpilih menjadi rektor termuda di Indonesia, Risa bekerja sebagai direktur pengembangan di Institute Asia, Malang. Dia menjabat posisi ini selama 2 tahun 10 bulan dari Februari 2017 sampai beberapa waktu lalu.

 

Visi Risa Membangun Dunia Pendidikan

Risa mengaku akan mengedepankan sistem kerja yang profesional, dengan tetap meningkatkan komunikasi yang lebih baik dan transparan. Masukan dan umpan balik yang diberikan padanya, kata Risa, akan dapat menjadi bekal dan kekuatan untuk menutup kekurangan yang ada selama ini.

“Menyamakan visi, bagaimana caranya kita ini tahu kalau misalnya kita ini menuju hal yang sama. Jadi tujuan kita sama, kita memastikan bahwa kita semua sama-sama ingin membuat institut yang lebih baik, bagaimana caranya kita ini menjadi sebuah sekolah dengan program terbaik dalam digital bisnis, jadi waktu itu kita menyamakan tujuan,” kata Risa Santoso

Selain menjadikan Institut Teknologi dan Bisnis ASIA ini sebagai salah satu perguruan tinggi pilihan dan mampu bersaing, Risa Santoso berkeinginan mendekatkan mahasiswa dengan dunia kerja, sehingga mahasiswa lebih siap bekerja setelah lulus dari perguruan tinggi ini.

Salah satu program yang digagasnya, dan kemudian dinilai kontroversial, adalah memberi pilihan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan kuliah dengan syarat tugas akhir berupa skripsi atau proyek kegiatan. Rencana kebijakan mengganti skripsi dengan proyek kegiatan, bertujuan untuk mendorong mahasiswa fokus pada tujuan akhir sebagai akademisi, maupun sebagai wirausaha atau pebisnis, sehingga tidak terkejut saat benar-benar terjun di dunia kerja.

“Skripsi selama ini kan memang digunakan sebagai alat untuk melihat secara holistik hasil pembelajarannya seorang mahasiswa, namun sangat akademis,” katanya.

Karena itu, lanjutnya, skripsi memang masih cocok bagi mahasiswa yang akan melanjutkan studi S-2 dan S-3, serta memang ingin masuk ke dunia pendidikan. Namun apabila mereka mau masuk ke dunia kerja, Risa melihat ada hal-hal lain yang mungkin lebih cocok, seperti misalnya program Desain Komunikasi Visual.

“Seperti misalnya di sini kita memiliki program Desain Komunikasi Visual, dan kebanyakan teman-teman yang selesai kuliah, mereka akan masuk ke dunia kerja,kadang membuat branding bisnis sendiri,” terang Risa.

Risa Santoso yang lulusan University of California Berkeley, serta Harvard Graduaye School of Education, Amerika, mengatakan dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi di Indonesia sejauh ini memiliki potensi yang baik untuk menjadi lebih maju. Namun tetap harus senantiasa memperbaiki kualitas pendidikannya agar mampu mengungguli perguruan tinggi di luar negeri. Hal ini perlu dilakukan karena persaingan industri 4.0 juga merambah di bidang pendidikan.

Perubahan ke arah yang lebih maju, kata Risa, harus sama-sama diupayakan melalui adaptasi dan akselerasi menjadi yang terbaik. Birokrasi pendidikan yang kaku harus disesuaikan dengan kebutuhan saat ini, namun dengan tetap menghasilkan inovasi yang lebih cepat dan tepat.

“Birokrasi itu menurut saya bisa digunakan dengan lebih baik, jadi bagaimana caranya kita sama-sama berjalan dengan lebih cepat, karena menurut saya birokrasi itu mengurangi kecepatan dan mengurangi adaptasi sebuah institusi,” katanya.

 

“Dan jangan takut perubahan, itu yang menurut saya kenapa kok perguruan tinggi itu sering kali susah untuk mengadaptasi, ya karena kita memang sudah kompleks, semuanya ini sudah di setting sebagaimana banyak juga birokrasinya, banyak juga aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah. Nah bagaimana caranya kita masih mengikuti peraturan tetapi juga bisa mempunyai inovasi-inovasi baru,” papar Risa.

Similar Articles

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Instagram

Most Popular