Jakarta, AYI (25/12/2021) – Ayu Kartika Dewi adalah Staf Khusus Milenial Presiden RI Joko Widodo. Ayu lahir 27 April 1983 adalah perumus Gerakan Sabang Merauke. Ia merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Pada 2010, Ayu mendapatkan tugas untuk mengajar di salah satu SD yang berada di Desa Papaloang, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Ayu juga merupakan seorang penerima Keller Scholarship dan Fulbright Scholarship, dan ia telah mendapatkan gelar MBA dari Universitas Duke, Amerika Serikat. Pada 2019, ia diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Joko Widodo.
Ayu Kartika Dewi sendiri dikenal sebagai sosok yang selalu mengampanyekan nilai toleransi dan keberagaman. Hal itu pula lah yang turut mengantarkannya menjadi salah satu staf khusus kepresidenan.
Berikut ini 8 fakta tentang Ayu Kartika Dewi yang perlu kamu ketahui:
1. Memiliki Karier Cemerlang
Ayu Kartika Dewi merupakan lulusan pascasarjana Duke University Fuqua School of Business, Amerika. Ia bisa bersekolah di sana berkat mendapatkan beasiswa Keller Scholarship dan Fulbright Scholarship.
Saat usianya 27 tahun, Ayu sudah merasakan karier yang cemerlang. Ia menjabat sebagai Manajer Consumer Knowledge Procter and Gamble (P&G) cabang Singapura.
Tak hanya itu saja, selain pernah menjabat sebagai Consumer Insight Manager di P&G, Ayu juga pernah bekerja di perusahaan McKinsey & Co.
2. Mengabdi Lewat Indonesia Mengajar
Ayu Kartika Dewi merupakan jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga yang berkomitmen tinggi dalam mengedepankan nilai toleransi serta dan keberagaman di seluruh penjuru negeri.
Dalam kiprahnya, ia terjun bersama Indonesia Mengajar ke daerah-daerah terpencil di Indonesia. Pada 2010 silam, ia sempat mengajar di salah satu sekolah yang terletak di Desa Papaloang, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
3. Pencetus Program SabangMerauke
Kepeduliannya yang sangat besar terhadap isu toleransi dan keberagaman, akhirnya membuat Ayu Kartika Dewi mencetuskan organisasi SabangMerauke atau Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali, tepatnya pada tahun 2010.
Organisasi yang dipimpinnya itu bertugas menyelenggarakan program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia. Ayu menginisiasi organisasi ini setelah merasakan pengalaman menjadi guru SD di salah satu daerah terpencil, di Maluku Utara. Kini Ayu menjabat sebagai mentor pada Board of Directors SabangMerauke.
Program yang satu ini menjadi salah satu upaya Ayu untuk menanamkan nilai toleransi, keberagaman, dan ilmu pengetahuan antar-pelajar di Indonesia.
Adapun pesertanya sendiri merupakan para pelajar tingkat SMP. Pelajar-pelajar tersebut nantinya akan ditugaskan untuk menyatu bersama keluarga dan berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda.
4. Mendirikan Milenial Islami
Selain mencetuskan program SabangMerauke, Ayu Kartika Dewi juga mendirikan Milenial Islami. Apakah itu? Sebuah komunitas yang memanfaatkan media sosial untuk membahas isu tentang Islam yang moderat.
Para anggotanya terdiri dari anak milenial yang mana turut terjun ke lapangan. Mereka lalu mendatangi berbagai universitas di seluruh penjuru Indonesia.
5. Memiliki Kepedulian yang Tinggi akan Pendidikan
Mencetuskan berbagai program pendidikan untuk anak-anak terpencil, kiranya sudah membuktikan jika Ayu Kartika Dewi sangat peduli akan hal tersebut. Menurutnya, isu sosial memang kerap jadi implikasi terjadinya ketimpangan pendidikan di negeri ini.
Oleh sebab itu, melalui SabangMerauke dan Milenial Islami, ia ingin bisa mencetak generasi yang mampu berpikir kritis dan saling menghargai satu sama lain.
6. Pernah Menjadi Staf di Unit Kerja Presiden
Sebelum menjadi salah satu Staf Khusus Kepresidenan, Ayu Kartika Dewi pernah lebih dulu menjadi staf di Unit Kerja Presiden (UKP4).
7. Menjadi Direktur Pelaksana
Selain berkiprah di beberapa organisasi, Ayu Kartika Dewi juga merupakan Direktur Pelaksana Indika Foundation. Indika Foundation sendiri merupakan yayasan yang berfokus untuk menciptakan dampak dalam pendidikan, perdamaian, dan pembangunan karakter.
8. Peduli akan Nilai Toleransi
Peduli dengan pendidikan anak-anak di daerah terpencil, perempuan lulusan pascasarjana Duke University, Amerika Serikat ini diketahui sudah mengirimkan ribuan pelajar ke berbagai daerah, agar mereka bisa merajut nilai keberagaman dan toleransi. (AYI)